Apa yang
kamu ketahui tentang rumah sakit? Rumah sakit itu hanyalah tempat pengharapan
terakhir. Tempat dimana harapan yang tinggi itu harus ditepis, tempat dimana
kamu harus realistis bahwa semuanya akan berakhir buruk. Itulah yang ada di pikiran
rere. sampai detik ini rere masih menunggu ayahnya yang sedang sakit dan
dirawat di ruang isolasI. Rere tidak mengetahui penyakit apa yang dihadapi oleh
ayahnya, yang dia tahu adalah kemungkinan ayahnya hidup hanyalah 20 %. Ibu rere
pun belum sempat menceritakan apapun kepada rere, karena beliau masih terlalu
shock melihat keadaan ayah rere sekarang. Kakak rey, Feno masih disibukkan
dengan mengurus administrasi dan biaya perawatan ayah rere.
Rere terdiam
sendiri di tengah lorong ICU, tertunduk, dan terkadang satu air mata jatuh
membasahi pipi rere. baru saja rere berangkat ke luar negeri untuk merasakan
pendidikan yang lebih, tapi yang dia dapatkan justru ayahnya dilarikan ke rumah
sakit karena penyakit yang sampai sekarang rere tidak tahu. “keputusanku bulat
ning..” ungkap rere kepada wening, salah satu sahabat rere yang sama-sama
belajar di negara tersebut. “keputusanku bulat untuk meninggalkan belanda, aku
tidak bisa mengorbankan ayahku dan aku juga tidak ingin apa yang aku lakukan
disini sia-sia, karena disini aku justru terus memikirkan kondisi ayahku..” air
mata rere menghangati pipi rere, dan kemudian wening memeluk rere “baiklah re,
kalo itu maumu aku akan datangi profesor jane untuk mengatakan hal ini dan
sekarang kau pulanglah ke Indonesia”.
Selama di pesawat, awan tampak cerah,
langit berwarna biru terang, sama sekali berbeda dengan perasaan rere saat ini.
Semenjak mendapat telepon dari sang ibu bahwa ayahnya mengalami sakit dan
kemungkinan hidup yang disebutkan ibu ditelepon, perasaan senang berubah
menjadi duka, “aku ingin dekat ayah” gumam rere. kembali rere melihat ke luar
pesawat, awan-awan itu menari dengan senang hati, dan sesekali rere teringat
dengan memorinya di masa kecil bersama ayah. Ayah adalah sosok yang bijaksana,
dia selalu mendengarkan apa yang rere katakan, meskipun tidak mengerti cara
menanggapinya, ayah selalu membuat pertanyaan itu menjadi sebuah lelucon. Ayah
tidak pernah mengeluh meskipun rere selalu membuat ayah merasa apa yang
dilakukan ayah tidak berarti buat rere, tetapi rere tersadar bahwa apa yang
dilakukan ayah ketika itu telah membuat rere menjadi seorang gadis yang berani
menantang semua masalah yang ada, mandiri, dan penuh semangat menghadapi
hal-hal yang baru. Ingin sekali rere mengucapkan terima kasih
Namun semua
itu terlambat.
Dokter :
“suster segera berikan saya injeksi.”
Suster
:”siap dok.”
Dokter:
“injeksi dilakukan dalam 5 detik. 1.2.3.4.5...”
*jedeg
Suster:”nihil
dok..”
Berulang
kali proses itu diberikan kepada ayah. Dari luar, rere, ibu, dan kak feno hanya
bisa melihat sambil menangis. Dan akhirnya, semua alat dilepas dari tubuh ayah,
tampak tubuh ayah yang kecil, yang sepertinya tidak mampu menahan alat tersebut
kemudian kain putih yang biasa untuk menutupi setengah tubuh ayah dinaikkan
sampai menutup mata ayah. “Ayah.. ayah..ayaaaahhh..”ibu berteriak.
Seketika
ibu pingsan, sebelum dokter menjelaskan bahwa ayah sudah meninggal sementara
rere hanya diam melihat ke jenazah ayahnya meskipun melalui jendela kecil di pintu. “ayah, apapun yang
engkau lakukan kepadaku, aku sadar ayah bahwa memang pilihanmu itu pastilah
selalu yang terbaik bagi anak-anakmu. Maafkan aku jika terus mengatakan bahwa
pikiran ayah itu kolot, ayah kurang modern, dan ayah hanya memikirkan kemauan
ayah saja. Namun ayah, sungguh rere ingin mengatakan terima kasih untuk semua
hal yang telah ayah berikan untuk rere. rere sadar bahwa mulai sekarang, tidak
ada idealis yang akan dileluconkan oleh ayah, tidak ada makanan yang sengaja
diasinkan agar aku dan kakak tidak memakannya, dan tentunya tidak ada lagi
senyuman hangat dari seorang ayah terhebat seperti ayah. Selamat jalan
yah,anakmu selalu mendoakanmu” bisik rere.
Social Icons